Monday, 15 June 2009

Tingkat Pemikiran


semenjak manusia telah mempunyai peradaban yang umumnya ditandai oleh lahirnya ilmu pengetahuan yang konkrit dan telah melalui eksperimen, banyak sekali para pencerah yang telah ditangkap dan dijadikan tahanan politik oleh tuhan akibat pemikirannya yang cenderung nyeleneh atau -setidaknya- begitulah yang dinilai oleh suatu komunitas tersebut. banyak sekali kasus2 yang -katanya- membuat tuhan menjadi murka. ada yang diracun, dibunuh, atau pun menjadi hinaan orang sampai mati.

mengapa begitu? tuhan terlalu takut untuk menerima pemikiran baru. tuhan terlalu takut untuk diusik dan dikritik kekuasaannya. nietzhe, karl marx, sartre dll adalah orang2 yang menjadi tahanan politiknya. pemikiran mereka akan eksistensialism sampai ke gosip pembunuhan tuhan menjadi isu2 mereka untuk menantang tuhan manusia. tuhan yang kaku, yang takut akan perubahan zaman.

semakin banyak yang berperang membawa nama tuhan. genderang permusuhan menjadi populer. semua umat berbondong2 mendaftar sebagai relawan tentara tuhan. tentunya tidak dengan gratis. surga imbalannya. wanita perawan hadiahnya. ironis memang, tuhan menggunakan segala cara untuk bisa terus mencengkram kekuasaannya atas kehidupan manusia.

apa yang terjadi dengan tahanan politik tuhan? kita hanya bisa berdiam. tak berani berpendapat, atau bahkan membela. mempelajari tulisan mereka pun rasanya sudah keder duluan. takut dosa, atau takut menjadi sesat. alasan umum yang dipakai manusia untuk tidak ikut2an berdosa. tragis. manusia selalu takut untuk menjadi kritis.

tetapi, itu hanya salah satu contoh kecil yang dibuat oleh manusia2 bodoh yang menelan mentah2 ajaran agama. tuhannya orang2 ini adalah tuhan diktator yang tak pernah mengenal kompromi akan teriakan kebebasan berpikir. kebebasan disini bukan berarti sembrono, nyeleneh, atau ngawur. definisi tuhan bagi mereka adalah tuhan yang mempunyai kedudukan, posisi, dan gelar yang jelas untuk bisa menempati kekuasaan tertinggi. berhak mengatur segala sesuatunya. layaknya hitler, yang royal disayang, yang membangkang diberedel, menjadi tahanan politik, atau bahkan dibunuh.

komentar pamanku menjadi inspirasi tulisan ini. ternyata pemahaman kita akan tuhan berhubungan langsung dengan cara kita memahami kesadaran diri. ada tiga tiga tahap kesadaran diri dalam berpikir (Subaga, 2009). pertama yang paling dasar, yang menilai keadaan dari benar dan salahnya saja. subjektif. kebenaran hanya pada sekelompok manusia atau individu. kedua, adalah berpikir benar dan benar. di level ini, masing2 individu maupun kelompok sudah mulai untuk bisa menerima pemikiran dan pendapat orang lain dalam berpendapat dan yang berbeda kayakinan. toleransi dan sikap tenggang rasa mulai diterapkan dalam level ini.

dan yang terakhir, sebuah kesadaran yang tidak lagi "mempertanyakan". manusia dalam tahap ini tidak lagi membutuhkan kelompok untuk bisa membuktikan kebenaran pendapat mereka. mereka meyakini hanya tuhan yang tau kebenaran sejati. di level pemikiran seperti ini, manusia akan berusaha hidup dengan seimbang, saling menghormati, dan bukan dalam tahapan antar sesama saja, namun juga menjaga keharmonisan dalam kehidupan antara tuhan, manusia lain, social atau kelompok, dan lingkungan atau alam semesta. disini manusia akan terus mencari kebenaran tanpa mempertanyakan cara yang berbeda.

so... dimanakah levelmu wahai tuhan??

No comments: