
Beberapa hari yang lalu saya berbincang dengan teman saya, wanita (tentu saja hehe). Muncul guyonan2 ringan seputar surga dan neraka. Tiba2 teman saya nyeletuk, kalo isinya bidadari semua, surga berarti untuk lelaki saja dong? Yang untuk wanita mana??
Kaget juga saya mendengarnya. Tersadar bahwa selama ini konsep surga selain hanya memberi impian kenikmatan duniawi, juga ternyata sangat jauh dari konsep keadilan. Bener juga kata si marx, agama di dunia ini adalah agama yang memuja patriarki. Patriarki adalah sebuah sistem dimana keluarga dipimpin oleh seorang pria yang dianggap senior. Sistem ini secara tidak langsung memaksa wanita untuk menjadi boneka yang harus patuh terhadap keadaan. Wanita “hanya” dibuat dari tulang rusuk lelaki.
Kemanakah hak2 wanita? Selama ini, di kitab apapun (yang tentunya ampe mengatur privasi umatnya) cengkraman system patriarki sangat kuat. Sebagai salah satu contohnya, agama selalu mempunyai aturan yang jelas tentang poligami. Di ajaran hindu sendiri, lelaki bisa mempunyai “up to” 4 wife. Di islam boleh poligami, tapi ingat; asal adil. Pokoknya intinya diperbolehkan, tapi tentunya dengan syarat, agar menjadi lebih ekslusif, dan membuat umat sedikit berpikir. Akan tetapi apapun syaratnya, apapun namanya, tetap saja itu merupakan suatu bentuk dari ketidak-adilan yang sangat tidak masuk akal. Gender bias masuk ke dalam ranah agama, bahkan dipuja2. Bagaimana yang wanita?? Sekali lagi hanya meringis. Hanya diimingi surga setelah mati jika tabah dalam menghadapinya.
Iming2 itu bakal terwujud setelah si wanitanya mati dan dikubur. Tapi selama di dunia, wanita akan tetap menderita melihat suaminya ngeseks dengan istri kedua, ketiga atau bahkan keempat. Kadang2 sekaligus alias barengan. Gang bang, orgy seks, atau sanisme (satu penis rame2). Selain sakit hati, sudah tentu sakit kelamin membayangi kehidupan mereka. Ngeseks dengan orang yang berbeda setiap hari. Selain alasan ajaran2 yang ga masuk akal itu, para lelaki yang doyan punya banyak wanita ini menggunakan pembenaran lainnya untuk memuaskan nafsu pribadinya, misalnya poligami juga dilakukan oleh nabi atau semacamnya. Sekali lagi, si wanita diam, pasrah.
Kata AA Gym untuk istri pertamanya, “Teh Nini sabar yah, insyaallah surga sudah di depan mata”. What the hell is that? si teh nini yang sakit hati, hanya bisa diam, berpikir, apa betul begitu? Kalau benar, semoga masuk surga. Akirnya dari pada di rmh terus nahan sakit hati ngeliat si AA Gym pelukan ma istri yang lain, si teh nini berkhotbah sana-sini mencari kegiatan. Sekali lagi, kalimat ini hanya penghibur hati yang lebur. Bagaimana jika wanita yang bersuami banyak? Sekali lagi, dan absolutely, bakalan dicap pelacur, whore, bitch, dan semacamnya. Neraka imbalannya. Disiksa hadiahnya. Inikah the real world? rengekan para wanita tak digubris. Senyum liar lelaki direstui.
Semenjak gerak wanita dibatasi oleh peraturan patriarki ini, wanita hanya diberikan tugas “sebagaimana layaknya wanita”. Jadi house keeper, producing human (melahirkan), ngurus anak, dan menjadi pemuas seks suami. Dan akirnya, setiap wanita yang menikah diberi title “Ibu rumah tangga”, kalau kata marx “housewifisation”. Sebuah kasus pengeksploitasan wanita oleh lelaki. Menurut marx, sumber dari penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi. Semenjak adanya konsep kekayaan pribadi (private property), status perempuan jatuh. Kegiatan produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah menjadi keperluan pertukaran (exchange). Laki-laki mengontrol produksi untuk exchange dan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan sosial. Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari property. Sistem produksi yang berorientasi pada keuntungan mengakibatkan terbentuknya kelas dalam masyarakat—borjuis dan proletar.
Pada akhirnya, seperti yang kita ketahui, suggest dari marx adalah menghancurkan kapitalisme. Karena tujuan kapitalisme sudah melenceng jauh. Tujuan awalnya adalah untuk meningkatkan persaingan individu, tetapi ternyata malah menjadi persaingan antar kelas. Yang miskin makin miskin, yang kaya makin kaya. Jika kapitalisme tumbang, maka penindasan terhadap wanita bisa hilang dan struktur masyarakat dapat diperbaiki. Mungkin saja agama yang memuja patriarki tidak lagi menjadi laku, bersamaan dengan hilangnya daya cengkram lelaki.
Finally, optional question emerged at this point; pilih mana, kesetaraan gender atau dihilangkannya agama yang memuja patriarki?? andalah yang memilih.
Kaget juga saya mendengarnya. Tersadar bahwa selama ini konsep surga selain hanya memberi impian kenikmatan duniawi, juga ternyata sangat jauh dari konsep keadilan. Bener juga kata si marx, agama di dunia ini adalah agama yang memuja patriarki. Patriarki adalah sebuah sistem dimana keluarga dipimpin oleh seorang pria yang dianggap senior. Sistem ini secara tidak langsung memaksa wanita untuk menjadi boneka yang harus patuh terhadap keadaan. Wanita “hanya” dibuat dari tulang rusuk lelaki.
Kemanakah hak2 wanita? Selama ini, di kitab apapun (yang tentunya ampe mengatur privasi umatnya) cengkraman system patriarki sangat kuat. Sebagai salah satu contohnya, agama selalu mempunyai aturan yang jelas tentang poligami. Di ajaran hindu sendiri, lelaki bisa mempunyai “up to” 4 wife. Di islam boleh poligami, tapi ingat; asal adil. Pokoknya intinya diperbolehkan, tapi tentunya dengan syarat, agar menjadi lebih ekslusif, dan membuat umat sedikit berpikir. Akan tetapi apapun syaratnya, apapun namanya, tetap saja itu merupakan suatu bentuk dari ketidak-adilan yang sangat tidak masuk akal. Gender bias masuk ke dalam ranah agama, bahkan dipuja2. Bagaimana yang wanita?? Sekali lagi hanya meringis. Hanya diimingi surga setelah mati jika tabah dalam menghadapinya.
Iming2 itu bakal terwujud setelah si wanitanya mati dan dikubur. Tapi selama di dunia, wanita akan tetap menderita melihat suaminya ngeseks dengan istri kedua, ketiga atau bahkan keempat. Kadang2 sekaligus alias barengan. Gang bang, orgy seks, atau sanisme (satu penis rame2). Selain sakit hati, sudah tentu sakit kelamin membayangi kehidupan mereka. Ngeseks dengan orang yang berbeda setiap hari. Selain alasan ajaran2 yang ga masuk akal itu, para lelaki yang doyan punya banyak wanita ini menggunakan pembenaran lainnya untuk memuaskan nafsu pribadinya, misalnya poligami juga dilakukan oleh nabi atau semacamnya. Sekali lagi, si wanita diam, pasrah.
Kata AA Gym untuk istri pertamanya, “Teh Nini sabar yah, insyaallah surga sudah di depan mata”. What the hell is that? si teh nini yang sakit hati, hanya bisa diam, berpikir, apa betul begitu? Kalau benar, semoga masuk surga. Akirnya dari pada di rmh terus nahan sakit hati ngeliat si AA Gym pelukan ma istri yang lain, si teh nini berkhotbah sana-sini mencari kegiatan. Sekali lagi, kalimat ini hanya penghibur hati yang lebur. Bagaimana jika wanita yang bersuami banyak? Sekali lagi, dan absolutely, bakalan dicap pelacur, whore, bitch, dan semacamnya. Neraka imbalannya. Disiksa hadiahnya. Inikah the real world? rengekan para wanita tak digubris. Senyum liar lelaki direstui.
Semenjak gerak wanita dibatasi oleh peraturan patriarki ini, wanita hanya diberikan tugas “sebagaimana layaknya wanita”. Jadi house keeper, producing human (melahirkan), ngurus anak, dan menjadi pemuas seks suami. Dan akirnya, setiap wanita yang menikah diberi title “Ibu rumah tangga”, kalau kata marx “housewifisation”. Sebuah kasus pengeksploitasan wanita oleh lelaki. Menurut marx, sumber dari penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi. Semenjak adanya konsep kekayaan pribadi (private property), status perempuan jatuh. Kegiatan produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah menjadi keperluan pertukaran (exchange). Laki-laki mengontrol produksi untuk exchange dan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan sosial. Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari property. Sistem produksi yang berorientasi pada keuntungan mengakibatkan terbentuknya kelas dalam masyarakat—borjuis dan proletar.
Pada akhirnya, seperti yang kita ketahui, suggest dari marx adalah menghancurkan kapitalisme. Karena tujuan kapitalisme sudah melenceng jauh. Tujuan awalnya adalah untuk meningkatkan persaingan individu, tetapi ternyata malah menjadi persaingan antar kelas. Yang miskin makin miskin, yang kaya makin kaya. Jika kapitalisme tumbang, maka penindasan terhadap wanita bisa hilang dan struktur masyarakat dapat diperbaiki. Mungkin saja agama yang memuja patriarki tidak lagi menjadi laku, bersamaan dengan hilangnya daya cengkram lelaki.
Finally, optional question emerged at this point; pilih mana, kesetaraan gender atau dihilangkannya agama yang memuja patriarki?? andalah yang memilih.
No comments:
Post a Comment