Wednesday, 17 June 2009

Kembali ke Sawah


Oleh:
Ida Bhawati Putu Setia

Setiap bencana membawa hikmah. Datangnya malapetaka menyisakan perenungan. Persoalannya adalah apakah kita akan mau mengambil hikmah dan mau merenungi kembali perjalanan kita di masa lalu untuk dijadikan sesuluh di masa depan?

Bali diguncang bom tahun 2002. Kita diberi hikmah bahwa industri pariwisata sangat rentan dengan keamanan. Perekonomian Bali yang bersandar pada dunia pariwisata hancur. Kita sempat merenung sejenak, apakah pariwisata model Bali ini sudah benar bertumpu pada pariwisata budaya? Namun perenungan itu tidak tuntas. Corak pariwisata jauh melenceng dari akar budaya Bali. Kontribusi pelaku budaya tak dihargai oleh hasil pariwisata. Toh, pelaku pariwisata tetap berusaha memulihkan bisnis itu, dan ketika menggeliat, bom kedua meledak.

Ada pepatah yang berbunyi: “Pelanduk yang paling tolol tak akan terantuk dua kali pada batu yang sama”. Orang Bali tentu bukan pelanduk yang tolol. Karena itu, setelah dua kali bom mengguncang, sebaiknya kita merenungi, apa yang sebenarnya terjadi pada Bali?

Orang Bali setuju daerahnya menjadi tujuan wisata Indonesia dengan catatan landasannya budaya. Maka lahirlah istilah pariwisata budaya. Artinya, yang dijual kepada wisatawan yang pertama dan utama adalah budaya. Tapi apa yang terjadi? “Halaman rumah” orang Bali, tempat budaya itu lahir, digerogoti terus. Tanah sawah dijadikan hotel atau ruko, jurang-jurang dipenuhi bungalows, air untuk pengairan dialirkan ke hotel-hotel, tempat suci direkayasa sehingga tidak lagi ada vibrasi kesucian sebagaimana dahulu. Orang Bali yang semula agraris dipaksa menjalani kehidupan industri, dan pola konsumtif pun diperkenalkan dengan gencar. Hotel, restoran, travel sebagian besar punya orang luar Bali, bahkan pengelola Bandara Ngurah Rai pun tak menyisihkan penghasilannya untuk Bali.

Bersamaan dengan itu Bali pun diserang dari “tingkah menengah bawah”. Pendatang yang membawa budayanya sendiri tak bisa dibendung, dan anehnya dibiarkan oleh pemimpin-pemimpin Bali. Maka lahirlah budaya berjualan koran di lampu lalu lintas, ngamen di rumah makan dan terminal, kaki lima di trotoar dan di sepanjang jalan, pemulung ke desa-desa, kafe juga ke desa-desa lengkap dengan wanita tuna susilanya. Rumah-rumah kumuh berdiri yang bertolak belakang dari konsep Tri Hita Karana, belum lagi tempat ibadah dengan segala perlengkapannya. Pola konsumtif orang Bali pun dimanfaatkan dengan baik oleh pendatang, semua kebutuhan ritual orang Bali disuplay dari Jawa Timur, dari janur, bunga, buah sampai telur bebek.

Kalau kita mencoba merenung dengan jujur, semua ini menghancurkan budaya orang Bali. Bagaimana mempertahankan subak kalau airnya sudah dibawa ke hotel, sawah dikapling, lalu yang memanen padi orang Jawa atau Lombok yang mendirikan kemah-kemah di jalanan? Berapa ritual yang hilang, dari mendak toya di pura bedugul sampai ngadegang Dewi Sri…. Bagaimana generasi muda Bali tertarik ke balai banjar untuk belajar menabuh dan mekidung, kalau kafe berdinding bambu dengan wanita menor ada di sudut-sudut desa? Bagaimana orang mau merawat pohon juwet, sotong, duku, dan lainnya, kalau orang Bali diarahkan membeli apel Amerika dan peer dari Cina untuk yadnya ke pura? Apalagi membuat dodol dan apem, lebih praktis dodol Garut dan dodol Kudus, sementara apem diganti roti kukus. Laklak Bali sudah sulit dicari di Denpasar, ada penggantinya, kue serabi dan dawet dari Banyumas.

Kalau Bali ingin ajeg dengan budayanya yang tinggi seperti masa lalu, sarana untuk melahirkan budaya itu jangan dihancurkan. Air Bali harus tetap untuk kepentingan subak agar pertanian tetap jalan, karena dari sawah itu berbagai budaya lahir. Kalau hotel-hotel besar membutuhkan air, cari alternatif lain, entah menyuling air limbah atau menyuling air laut. Jadi modal dasar budaya itu jangan digerogoti kalau betul pariwisata Bali diarahkan ke budaya. Apa modal dasar itu? Tak lain adalah tanah dan itu artinya tanah pertanian karena budaya Bali adalah budaya agraris.

Pemerintah harus memproteksi tanah pertanian Bali. Tanah Bali tak boleh jatuh ke tangan orang non-Bali. Pemerintah harus mensubsidi pertanian, baik dalam hal pengembangan produk maupun pemasarannya. Pemerintah harus mendorong agar orang Bali bisa mandiri. Jangan biarkan orang Bali tergantung pada orang luar, apalagi untuk kebutuhan menjalankan ritualnya, karena dari situlah sumber adanya budaya Bali yang adiluhung. Tokoh agama harus ikut turun tangan, bagaimana menyadarkan orang Bali bahwa persembahan untuk Tuhan yang paling utama adalah persembahan dari hasil jerih payah yang dihasilkan tanah Bali.

Mari kita ubah pola kehidupan di Bali, kita kembali ke sawah, ke sektor pertanian. Tentu saja menjadi petani moderen yang mempertimbangkan produk unggulan. Intelektual Unud harus menjadi pelopornya, seperti yang dilakukan seorang dosen pertanian Unud yang kini mengembangkan rebung bambu tabah (tiying tabah) di kampung saya. Kembali ke dunia agraris akan melanggengkan budaya Bali. Kalau tetap budaya menjadi tema pariwisata Bali, hasil pariwisata harus dikembalikan kepada petani Bali, pelaku budaya itu sendiri. Jangan serakah semuanya diboyong ke luar Bali.

Maafkan Aku


sayangku..
semenjak membuka mata
diberi nafas berkala
dan hati terbuka
aku untuk pertama kalinya
merasakan durjana
sedih kelam gulana
tak ada pasangan yg menjaga

sayangku..
oleh Dia aku diberi harapan
diberi kesungguhan
dan diberi keindahan
berupa wajah senyuman
yang aku dambakan
konon dari rusuk yang kurelakan
untuk bisa melanjutkan
kehidupan

tetapi sayangku..
maafkan aku
sekarang cinta kita semu
semestinya kisah kita syahdu
hanya akibat dari gosip dungu
tentang hasutanmu makan buah ilmu
sekarang kaummu menderita pilu
dipaksa untuk mau dijajah kaumku
mungkin juga akibat legenda rusukku
patriarki menderu

sayangku..
apapun yang terjadi
kita tetap sederajat sejati
pasangan abadi
namun tak bisa dipungkiri
pasangan sejati tak hanya
wanita dan lelaki
bisa saja sesama lelaki
atau pun sesama lady
yang penting bukan
berdasarkan birahi

sayangku..
sekali lagi maafkan aku
akibat buah ilmu
kau menjadi bisu
tak bisa berkata laku
namun suatu waktu
kebenaran akan berlaku
bahwa rusukku juga hanya
legenda yang kaku
yang tak lagi laku
sebagai jurus untuk menindasmu

maafkan aku

Monday, 15 June 2009

Suara Kami...

Silahkan jika kau berhasrat mendominasi kami
silahkan jika kau ingin menguasai kami
silahkan jika kau suka menghakimi kami

tetapi....
jangan sampai kau mengusik privasi kami
jangan sampai kau menelantarkan hak asasi kami
jangan sampai kau mengatur imani kami
karena keyakinan hanya urusan pribadi kami
bukan untuk golongan dan khayalak ramai
apalagi untuk membela seekor Illahi

jika semua ini sudah kita pahami
niscaya kedamaian dunia bisa tercapai
sama rata dan sama rasa bisa kita kecapi
sehingga saling menghargai akan kita junjung tinggi
maka kita akan menciptakan keadaan yang Islami
yang penuh dengan senyum dan nilai tinggi



dari kami sang minoriti

Aku Seorang...

aku seorang muslim
anti berpakaian minim
kesucian kujunjung tinggi
syariat kupegang teguh
tapi makna quran tak kumengerti
yang kupahami hanya nikmatnya poligami

aku seorang nasrani
ajaran di atas bukit mempengaruhiku
kalau ditampar pipi kanan
aku beri bonus pipi kiri
tapi jika kau usik gerejaku
ajaran damainya kukencingi

aku seorang hindu
tri hita karana aku hayati
agar tercapai keseimbangan semesta
tapi tetap binatangnya kupotongi
demi uang dan birahi
tri hita karana kukencingi

aku seorang pengikut buddha
awidya adalah halangan manusia
untuk mencapai nirwana
maka vegetarian adalah langkah pertama
untuk menghindari nafsu angkara
tapi Alda tetap kucincangi

aku orang beragama
yang selalu takut akan dosa
semua tindakanku semata-mata
hanya mencoba menjalankan agama
tanpa mengerti maknanya
maka
aku pantas masuk surga

Cinta


bersamamu dengan gelimang senang
sudah biasa

bersamamu dengan tawa
sudah biasa

bercinta denganmu
sudah biasa

mengatakan I LOVE U pun
sudah biasa

namun..
belum tentu ada yang mau menangis
bersamamu..

belum tentu ada yang mau menerima baik buruk
sifatmu..

karna cinta itu bukan hanya sekedar tawa
bahagia

bukan pula sekedar bergandeng atau berciuman
mesra

tetapi..

cinta adalah bagaimana kita bisa menerima
keburukan dengan lapang dada

bagaimana kita bisa saling mengerti antar
sesama

tanpa ada rasa saling menyakiti hati
yang bisa membuat cinta tidak lagi
suci

alangkah indahnya kalau kita berdamai
saling menerima baik buruk pribadi
tanpa ada rasa benci, iri
dan dengki

Hayati Ajaran Illahi

iri dengki sudah merasuki
entah apalagi yang kau cari
setiap jengkal sudah kau caci
hanya demi seutas illahi

telinga dan mulut kau kunci
kaki dan tangan kau tutupi
pikiran kau kotori dengan ayat suci
tetapi kepala, kau tutupi peci

kita sama2 tak mengerti
apa maksud semua ini
dan bukannya aku mengajari
bukannya aku mengencingi
bukannya aku menghakimi
bukannya aku mencaci
tentang
semua teriakan mu mengenai firman illahi

namun..
dahulukan kepentingan duniawi
seperti menolong sesama yang terkasihi
atau menjunjung tinggi hak asasi
demi terciptanya keadilan negeri
tanpa ada lagi rasa saling membenci
agar terbentuk kehidupan yang manusiawi
dan cobalah hayati
apa makna ajaran illahi

Waspada!!


Waspada!!

Facebook mulai berbahaya!!

Karena diduga menjual adegan yang membuka paha!!

Diduga juga akan menjadi ajang obrolan porno massa!!

Jangan sampai umat kita ikut-ikutan di dalamnya!!

Mendingan kita para ulama mengeluarkan fatwa!!

Agar kesucian agama tetap terjaga!!

Mari kita tutup facebook agar dapat pahala!!



Tertanda,

Ulama